Blog

Seputar Informasi dan berita mengenai perkembangan San Diego Hills

Tradisi Ziarah Unik di Indonesia yang Jarang Diketahui Orang

Date : 02 Mei 2024
Category: Umum - Read: 1238

Ziarah di San Diego Hills

Membahas tradisi ziarah memang tak ada habisnya, sebab Indonesia sangat kaya dengan keberagaman agama dan budaya. Apalagi, setiap agama dan daerah di Indonesia memiliki tradisi ziarah yang memiliki filosofi masing-masing. Selain tradisi ziarah yang umumnya dirayakan banyak orang, seperti Nyadran dan Ceng Beng, ada tradisi-tradisi ziarah yang hanya dilakukan di suatu waktu dan daerah tertentu. Tradisi-tradisi ziarah tersebut terbilang unik dan jarang diketahui orang lain di luar masyarakat setempat. Berikut ragam tradisi unik ziarah di berbagai daerah Indonesia yang masih jarang diketahui orang:

1. Hari Raya Enam di Riau

Berbeda dengan tradisi ziarah di daerah-daerah Indonesia pada umumnya, di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, masyarakat tidak melakukan ziarah pada hari pertama Idul Fitri, melainkan di hari keenam Idul Fitri yang dikenal sebagai tradisi “Hari Raya Enam”. Berbagai acara dilakukan dalam memeriahkan tradisi ini, mulai dari menggelar Silat Pangean, membersihkan kuburan sanak saudara, berdoa, dan berkumpul di rumah adat masing-masing suku untuk mendengarkan arahan dari orang-orang yang dituakan dalam suku.

2. Tradisi Ziarah di Kepulauan Riau

Di Desa Nyamuk, Kepulauan Riau, ada tradisi unik dalam berziarah saat lebaran tiba. Di mana anak-anak yang hadir berdoa baik keluarga maupun bukan, akan mendapat makanan, minuman, dan amplop lebaran sebagai tanda terima kasih. Ziarah biasanya dilakukan di hari kedua atau ketiga lebaran dengan terlebih dahulu menyiapkan kendi atau botol untuk diisi air yang akan digunakan untuk menyiram kuburan, bunga tabur, dan alas duduk berupa tikar. Anak-anak pun akan menunggu momen ini sambil bersiap dengan baju lebaran mereka. Diharapkan tradisi ini membuat anak-anak tak perlu merasa takut saat harus berziarah dan mengunjungi makam keluarga.

3. Ziarah Kubro di Palembang

Dalam rangka menyambut Ramadan, kaum laki-laki di Palembang biasanya melakukan tradisi Ziarah Kubro selama tiga hari berturut-turut di bulan Sya’ban. Selain berziarah dengan menabur bunga secara massal ke makam para ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam, mereka juga mengenakan pakaian putih sembari melakukan pawai di sejumlah titik. Tradisi ini pun menjadi salah satu momen silaturahmi dengan sesama umat Muslim dan kerabat lainnya.

4. Hari Raya Buyut di Cirebon

Di Cirebon, Jawa Barat, ziarah kubur biasanya dilakukan secara rutin pada Kamis sore setiap minggunya. Namun, di daerah Cirebon sendiri terdapat tradisi Unjungan/Ngunjung Buyut atau Hari Raya Buyut yang merupakan ritual ziarah kubur dan dilakukan setahun sekali setelah Idul Fitri. Tradisi ini dilakukan saat momen lebaran karena biasanya semua anggota keluarga yang tinggal di luar daerah Cirebon akan ikut hadir untuk menghormati jasa para leluhur mereka.

Acara Unjungan ini dilaksanakan dengan melakukan tahlilan secara bergantian yang kemudian dilanjutkan dengan membersihkan area makam dan pemugaran makam yang rusak. Setelah selesai, masyarakat setempat akan menikmati makan bersama sembari menonton pertunjukan kesenian daerah, seperti wayang kulit atau gembyung.

5. Mamunjung di Bali

Menjelang Hari Raya Galungan, masyarakat Hindu di Bali memiliki tradisi Mamunjung atau ziarah ke makam sanak saudara. Mamunjung dilaksanakan masing-masing keluarga yang memiliki anggota keluarga meninggal dan belum melaksanakan upacara Ngaben. Biasanya, sarana yang dipakai selama Mamunjung adalah setra, atau ayunan putih kuning, dengan membawa: nasi kepal 2 macam (putih dan kuning), 2 buah pisang, jaja gina, jaja uli, buah-buahan, kacang saur, sate, telur, urap lawar, sampian, canang sari, dan kopi.

Mamunjung dimulai di pagi hari dengan mempersiapkan banten yang diletakkan di bale dangin. Anggota keluarga kemudian akan berkumpul, melaksanakan serangkaian sembahyang, menghaturkan banten di pusara, memohon kepada leluhur untuk turun ke bumi dan menyantap persembahan, lalu diakhiri dengan makan surudan ayunan putih kuning bersama.

6. Tradisi Ziarah di Lombok

Masyarakat Dusun Kelambi, Lombok Tengah, memiliki tradisi berziarah ke makam Keleang yang dipercaya sebagai salah satu tempat pertapaan wali Allah saat menyiarkan agama Islam di Lombok. Di tempat tersebut, salah satu wali tak sengaja meninggalkan sorban atau selendangnya, yang dalam Bahasa Sasak disebut “Leang” sehingga disebut makam Keleang. Ziarah ke makam Keleang ini dilakukan sebanyak 2 kali setahun, yakni di awal musim hujan dan di awal musim kemarau.

Selama berziarah, warga Dusun Kelambi mempersiapkan sesajen untuk berzikir dan berdo’a (roah). Sesajen dianggap sebagai simbol membersihkan hati agar peziarah menjadi pribadi yang lebih baik di dunia dan di akhirat. Selain itu, masyarakat setempat juga membakar timbung, membuat ketupat, menyembelih hewan seperti ayam, kambing, atau kerbau, dan membawa air yang telah dimasukkan tanah. Di makam Keleang, mereka mencuci uka dengan air tersebut sambil memanjatkan doa dan harapan dalam hati. Air tersebut dianggap sakral, bahkan dapat menyembuhkan orang sakit sehingga air itu harus disimpan dan digunakan untuk menyiram tanaman.

7. Misa Arwah di Nusa Tenggara Timur

Pada tanggal 2 November setiap tahunnya, Gereja Katolik akan menyelenggarakan misa arwah atau misa rekuiem. Misa ini dilakukan demi kedamaian kekal jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dunia.

Namun di Lamalera, Nusa Tenggara Timur, misa arwah dilakukan satu hari sebelum misa lefa, yaitu puncak acara pembukaan musim berburu ikan paus di Lamalera. Misa arwah dilaksanakan dengan berziarah dan menyalakan lilin di atas pusara. Jika leluhur meninggal di laut, misa arwah akan digelar di pantai pada sore hari. Kemudian, satu per satu anggota keluarga dan suku akan mendoakan leluhur.

Nah, sudah tahukah Anda bahwa Misa Arwah juga pernah dirayakan di San Diego Hills sebelum pandemi? Pada waktu itu, anggota keluarga umat Katolik yang dimakamkan di San Diego Hills, dapat merayakan Misa Arwah yang digelar di Forest Chapel dan Assembly Hall San Diego Hills. Kemudian, setelah selesai dapat bersama-sama mengunjungi makam kerabat.

Bagi Anda yang tertarik, San Diego Hills memiliki area Universal Garden yang menghadirkan simbolisasi Penciptaan Dunia, Janji Allah kepada Adam, Abraham, Raja Daud, hingga Mesias yang harus disalibkan, bangkit, dan memulai era martir sampai ajaran kasih dan pertobatan melalui Yesus Kristus untuk masuk ke “New Eden.” Informasi selengkapnya, hubungi Helly selaku Sales Manager San Diego Hills dengan klik tombol WhatsApp sekarang!

Sumber:


Related Blog

Chat Kami